30 Kesempurnaan di Puasa Ramadahan
- Makanlah sahur, sehingga membantu kekuatan fisikmu selama
berpuasa; Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda : “Makan
sahurlah kalian, sesungguhnya di dalam sahur itu terdapat berkah. ”
HR.’Al-Bukhari dan Muslim)
- “Bantulah (kekuatan fisikmu) untuk berpuasa di siang hari dengan
makan sahur, dan untuk shalat malam dengan tidur siang ” (HR. Ibnu
Khuzaimah dalam Shahihnya)
- Akan lebih utama jika makan sahur itu diakhirkan waktunya, sehingga
mengurangi rasa lapar dan haus. Hanya saja harus hati-hati, untuk itu
hendaknya Anda telah berhenti dari makan dan minum beberapa menit
sebelum terbit fajar, agar Anda tidak ragu-ragu.
- Segeralah berbuka jika matahari benar-benar telah tenggelam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
- “Manusia senantiasa dalam kebaikan, selama mereka menyegerakan
berbuka dan mengakhirkan sahur . ” (HR. Al-Bukhari, I\luslim dan
At-Tirmidz)
- Usahakan mandi dari hadats besar sebelum terbit fajar, agar bisa melakukan ibadah dalam keadaan suci.
- Manfaatkan bulan Ramadhan dengan sesuatu yang terbaik yang pernah
diturunkan didalamnya, yakni membaca Al-Qur’anul Karim. Sesungguhnya
Jibril ‘alaihis salam pada setiap malam di bulan Ramadhan selalu menemui
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam untuk membacakan Al-Qur’an baginya.
(HR. AL-Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu).Dan pada
diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ada teladan yang baik bagi
kita.
- Jagalah lisanmu dari berdusta, menggunjing, mengadu domba,
mengolok-olok serta perkataan mengada-ada. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda:
- “Barangsiapa tidak meninggalkan pevkataan dan perbuatan dusta maka
Allah tidak butuh terhadap puasanya dari makan dan minum.” (HR.
Al-Bukhari)
- Hendaknya puasa tidak membuatmu keluar dari kebiasaan. Misalnya
cepat marah dan emosi hanya karena sebab sepele, dengan dalih bahwa
engkau sedang puasa. Sebaliknya, mestinya puasa membuat jiwamu tenang,
tidak emosional. Dan jika Anda diuji dengan seorang yang jahil atau
pengumpat, jangan Anda hadapi dia dengan perbuatan serupa. Nasihati dan
tolaklah dengan cara yang lebih baik. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda:
- “Puasa adalah perisai, bila suatu hari seseorang dari kama beupuasa,
hendaknya ia tidak berkata buruk dan berteriak-teriak. Bila seseorang
menghina atau mencacinya, hendaknya ia berkata ‘Sesungguhnya aku sedang
puasa” (HR. Al- Bukhari, Muslim dan para penulis kitab Sunan)
- Harus lebih sabar, syukur, dan ihklas
- Ucapan itu dimaksudkanagar ia menahan diri dan tidak melayani orang
yang mengumpatnya Di samping, juga mengingatkan agar ia menolak
melakukan penghinaan dan caci-maki.
- Hendaknya Anda selesai dari puasa dengan membawa taqwa kepada Allah,
takut dan bersyukur pada-Nya, serta senantiasa istiqamah dalam
agama-Nya. Hasil yang baik itu hendaknya mengiringi Anda sepanjang
tahun. Dan buah paling utama dari puasa adalah taqwa, sebab Allah
berfirman : “Agar kamu bertaqwa. “(Al-Baqarah: 183)
- Jagalah dirimu dari berbagai syahwat (keinginan), bahkan meskipun
halal bagimu. Hal itu agar tujuan puasa tercapai, dan mematahkan nafsu
dari keinginan. Jabir bin Abdillah radhiallahu ‘anhu berkata : “Jika
kamu berpuasa, hendaknya berpuasa pula pendengaranmu, penglihatanmu dan
lisanmu dari dusta dan dosa-dosa, tinggalkan menyakiti tetangga, dan
hendaknya kamu senantiasa bersikap tenang pada hari kama beupuasa jangan
pula kamu jadikan hari berbukamu sama dengan hari kamu berpuasa.”
- Hendaknya makananmu dari yang halal. Jika kamu menahan diri dari
yang haram pada selain bulan Ramadhan maka pada bulan Ramadhan lebih
utama. Dan tidak ada gunanya engkau berpuasa dari yang halal, tetapi
kamu berbuka dengan yang haram.
- Perbanyaklah bersedekah dan berbuat kebajikan. Dan hendaknya kamu
lebih baik dan lebih banyak berbuat kebajikan kepada keluargamu
dibanding pada selain bulan Ramadhan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam adalah orang yang paring dermawan, dan beliau lebih dermawan
ketika bulan Ramadhan.
- Ucapkanlah bismillah ketika kamu berbuka seraya berdo’a :”Ya Allah,
karena-Mu aku berpuasa, dan atas rezki-Mu aku berbuka. Ya Allah
terimalah daripadaku, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui “(44) (Lihat Mulhaq (bonus) Majalah Al WaLul Islami bulan
Ramadhan, 1390 H.hlm.38-40.)
- Memperbanyak melakukan berbagai macam ibadah. Jibril’alaihis salam
senantiasa membacakan Al-Qur’anul Karim untuk beliau pada bulan
Ramadhan; beliau juga memperbanyak sedekah, kebajikan, membaca
Al-Qur’anul Karim, shalat, dzikir, i’tikaf dan bahkan beliau
mengkhususkan beberapa macam ibadah pada bulan Ramadhan, hal yang tidak
beliau lakukan pada bulan-bulan lain.
- Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menyegerakan berbuka dan
menganjurkan demikian, beliau makan sahur dan mengakhirkannya, serta
menganjurkan dan memberi semangat orang lain untuk melakukan hal yang
sama. Beliau menghimbau agar berbuka dengan kurma, jika tidak
mendapatkannya maka dengan air.
- Nabi’shallallahu ‘alaihi wasallam melarang orang yang berpuasa dari
ucapan keji dan caci-maki. Sebaliknya beliau memerintahkan agar ia
mengatakan kepada orang yang mencacinya, “Sesungguhnya aku sedang
puasa.”
- Jika beliau melakukan perjalanan di bulan Ramadhan, terkadang beliau
meneruskan puasanya dan terkadang pula berbuka. Dan membiarkan para
sahabatnya memilih antara berbuka atau puasa ketika dalam perjalanan.
Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mendapatkan fajar dalam
keadaan junub sehabis menggauli isterinya maka beliau segera mandi
setelah terbit fajar dan tetap berpuasa.
- Termasuk petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah
membebaskan dari qadha’ puasa bagi orang yang makan atau minum karena
lupa, dan bahwasanya Allahlah yang memberinya makan dan minum.
- Dan dalam riwayat shahih disebutkan bahwa beliau bersiwak dalam
keadaan puasa. Imam Ahmad meriwayatkan bahwasanya Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam menuangkan air di atas kepalanya dalam keadaan puasa.
Beliau juga melakukan istinsyaq (menghirup air ke dalam hidung) serta
berkumur dalam keadaan puasa. Tetapi beliau melarang orang berpuasa
melakukan istinsyaq secara berlebihan. (Lihat kitab Zaadul Ma’ad fi
Hadyi Khairil ‘Ibaad, I/320-338 )
- Puasa yang disyari’atkan adalah puasanya anggota badan dari
dosa-dosa, dan puasanya perut dari makan dan mimum. Sebagaimana makan
dan minum membatalkan dan merusak puasa, demikian pula halnya dengan
dosa-dosa, ia memangkas pahala puasa dan merusak buahnya, sehingga
memposisikannya pada kedudukan orang yang tidak berpuasa.
- Karena itu, orang yang benar-benar berpuasa adalah orang yang puasa
segenap anggota badannya dari melakukan dosa-dosa; lisannya berpuasa
dari dusta, kekejian dan mengada-ada; perutnya berpuasa dari makan dan
minum; kemaluannya berpuasa dari bersenggama.
- Bila berbicara, ia tidak berbicara dengan sesuatu yang menodai
puasanya, bila melakukan suatu pekerjaan ia tidak melakukan sesuatu yang
merusak puasanya. Ucapan yang keluar darinya selalu bermanfaat dan
baik, demikian pula dengan amal perbuatannya. Ia laksana wangi minyak
kesturi, yang tercium oleh orang yang bergaul dengan pembawa minyak
tersebut. Itulah metafor (perumpamaan) bergaul dengan orang yang
berpuasa, ia akan mengambil manfaat dari bergaul dengannya, aman dari
kepalsuan, dusta, kejahatan dan kezhaliman.
- Dalam hadits riwayat Imam Ahmad disebutkan : “Dan sesungguhnya ban
(mulut) orang puasa itu lebih harum di sisi AIlah daripada aroma minyak
kesturi. “(HR. At-Tirmidzi dan ia berkata, hadits hasan shahih gharib).
- Inilah puasa yang disyari’atkan. Tidak sekedar nahan diri dari makan
dan minum. Dalam sebuah menahan diri dari makan dan minum”. Dalam
hadits shahih disebutkan : “Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dan
perbuatan dusta serta kedunguan maka Allah tidak butuh terhadap
puasanya dari makan dan minum .(HR. Al-Bukhari, Ahmad dan lainnya)
- Dalam hadits lain dikatakan : Betapa banyak orang puasa, bagian dari
puasanya (hanya) lapar dan dahaga. ” (HR. Ahmad, hadits hasan shahih)
(Dan ia menshahihkan hadits ini.)